Batu

Minggu, 26 Juni 2011

Terpaku menatapnya serasa badan membatu
Aku pun sadar aku batu di rimbunya hutan
Menyapa hati pun tak sanggup
tentunya hanya sebatas sapa singkat
aku ini si batu bertemu batu
menunggu dia yang batu

BANJAR DAN GOWA MENGHADAPI BELANDA

Rabu, 22 Juni 2011



A.     KERAJAAN BANJAR
             Kerajaaan Banjar merupakan bagian dari Kerajaan Demak, namun setelah Kerajaan Demak mulai lemah Kerajaaan Banjar menghentikan pengiriman upeti ke Demak. Kerajaan Banjar sering berselisih dengan kerajaan yang ada di Jawa. Seperti sikap Banjar yang kurang bersahabat dengan Kerajaan Mataram (1622-1637). Setelah adanya musuh bersama yaitu VOC, maka Banjar dan Mataram mengadakan perjanjian persahabatan.
            Belanda sangat tertarik dengan hasil bumi Banjar terutama karena ladanya, sehingga Belanda meminta hak monopoli namun ditolak oleh raja. Walaupun akhirnya terdapat kontrak, tetapi kenyataannya tidak demikian karena yang menguasai lada ialah para pangeran yang prekteknya menjual lada pada siapa saja.
            Orang Belanda yang pertama kali datang di Banjarmasin pada tahun 1606 adalah Gilles Michielszoon yang pada akhirnya terbunuh, yang diikuti terbunuhnya orang Belanda juga terbunuh di Sambas. Pembunuhan ini dikarenakan kompeni mengirim 4 kapalnya untuk merusak kota Banjarmasin. Dalam rangka pembalasan dan memamerkan kekuatan beberapa kapal Belanda pada tahun 1612 secara mendadak telah menyerang dengan melakukan penembakan dan pembakaran di daerah Kuin. Dengan demikian pusat pemerintahan kerajaan Banjar terpaksa dipindahkan ke Martapura, ke kraton baru yang terkenal dengan sebutan Kayu Tangi. Pada tahun 1635 di buat kontrak baru antara Belanda dan Banjar yang ditandatangani oleh Syahbandar Kerajaan Banjar bernama Retnady Ratya dari Gadja Babauw yang pada inti isinya yaitu monopoli perdagangan ditangan Belanda.
            Ketika Sultan Muhammad meninggal dunia pada tahun 1761, ia meninggalkan 3 (tiga) orang anak yang belum dewasa, yaitu Pangeran Rahmat, Pangeran Abdullah dan Pangeran Amir. Karena ketiga orang anak Sultan Muhammad itu belum dewasa, maka tahta kerajaan kembali ke tangan Mangkubumi, yaitu Sultan Tamjidillah, atau Pangeran Sepuh, dan pelaksanaan pemerintahan dikuasakan kepada anaknya Pangeran Nata. Dengan jalan menyuruh membunuh kedua kemenakannya, yaitu Pangeran Rahmat dan Pangeran Abdullah, Pangeran Nata berhasil memindahkan kekuasaan pemerintahan kepada dinastinya dan menetapkan Pangeran Nata sebagai Sultan yang pertama sebagai Penambahan Kaharudin.   
            Anak Sultan Muhammad (almarhum) yang bernama Pangeran Amir, atau cucu Sultan Tahmidillah melarikan diri ke Pasir, dan meminta bantuan pada pamannya yang bernama Arung Tarawe. Pangeran Amir kemudian kembali dan menyerbu Kerajaan Banjar dengan pasukan Bugis yang besar, dan berusaha merebut kembali tahtanya dari Susuhunan Nata Alam. Karena takut kehilangan tahta dan kekuatiran jatuhnya kerajaan di bawah kekuasaan orang Bugis, Susuhunan Nata Alam meminta bantuan kepada VOC. VOC menerima permintaan tersebut dan mengirimkan Kapten Hoffman dengan pasukannya dan berhasil mengalahkan pasukan Bugis itu. Setelah itu Pangeran Amir meminta bantuan kepada bangsawan Banjar di Barito, karena daerah itu diserahkan kepada VOC oleh Pangeran Nata. Setelah pertempuran itu Pangeran Amir tertangkap dan dibuang di Sailan. Sesudah itu diadakan perjanjian antara kerajaan Banjar dengan VOC, dimana raja-raja Banjar memerintah kerajaan sebagai peminjam tanah VOC.
            Pada 1826 diadakan perjanjian kembali antara Pemerintah Hindia Belanda dengan Sultan Adam, berdasarkan perjanjian ini, maka Belanda dapat mencampuri pengaturan permasalahan mengenai pengangkatan Putera Mahkota dan Mangkubumi, yang mengakibatkan rusaknya adat Kerajaan dalam bidang ini, yang kemudian menjadikan salah satu penyebab pecahnya Perang Banjar. Isi perjanjian 1826 itu antara lain adalah :
a. Kerajaan Banjar tidak boleh mengadakan hubungan dengan lain kecuali hanya dengan Belanda.
b. Wilayah Kerajaan Banjar menjadi lebih kecil, karena beberapa wilayah menjadi bagian dibawah pemerintahan langsung Belanda.
c. Penggantian Pangeran Mangkubumi harus mendapat persetujuan pemerintah Belanda.
d. Belanda menolong Sultan terhadap musuh dari luar kerajaan, dan terhadap musuh dari dalam negeri.
e. Beberapa daerah padang perburuan Sultan yang sudah menjadi tradisi, diserahkan pada Belanda.
f. Belanda juga memperoleh pajak penjualan intan sepersepuluh dari harga intan dan sepersepuluhnya untuk Sultan. Kalau ditemukan intan yang lebih dari 4 karat harus dijual pada Sultan. Harga pembelian intan itu, sepersepuluhnya diserahkan pada Belanda.
            Gambaran umum abad ke-19 bagi kerajaan Banjar, bahwa hubungan kerajaan keluar sebagaimana yang pernah dijalankan sebelumnya, terputus khususnya dalam masalah hubungan perdagangan internasional. Tetapi kekuasaan Sultan ke dalam tetap utuh, tetap berdauat menjalani kekuasaan sebagai seorang Sultan.
B.     KERAJAAN GOWA
       Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :
• letak yang strategis,
• memiliki pelabuhan yang baik
• jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.

                    Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.

                  Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat.
Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.
Beberapa sebab yang menimbulkan suasana permusuhan adalah karena kelicikan orang-orang Belanda yang hendak menagih hutang dari pembesar-pembesar Gowa, dengan mengadakan undangan jamuan, namun setibanya di kapal mereka dilucuti. Hal ini menyebabkan orang Makassar tidak senang dengan kompeni, yang dengan segala usaha memaksakan kehendaknya kepada Raja Gowa. Sebagai balasan awak sebuah kapal Belanda yang tidak tahu menahu yang turu di Sumba dibunuh oleh orang Makassar. Peristiwa ini membuat Joen Pieters Coen menaruh dendam kepada orang Makassar yang mempersulit mereka dimana-mana.
Kompeni dan orang Makassar berlomba untuk menyebarkan pengaruhnya karena kompeni menginginkan bagian terbesar dalam perdagangan rempah-rempah di Maluku. Pedagang-pedagan Makassar disebut kompeni sebagai “Perdagangan Penyelundupan”, karena pedagang Makassar menggunakan perahu, jung dan kora-kora yang dengan mudah melewati pantai karang yang dangkal, sedangkan kompeni sebaliknya. Untukmelumpuhkan kerajaan Gowa maka kompeni memblokir, dengan cara mengirim suatu armada ke Martapura dengan 6 buah kapal yang berawak dan bersenjata cukup. Mereka diperintah untuk langsung merusak, merongrong, merebut kapal-kapal Portugis, India dan Makassar yang berada di perairan Sombaopu. Namun hal ini gagal karena Raja Gowa telah mendapat berita dari Jepara tentang rencana VOC dan tiga minggu sebelumnya kapal-kapal Portugis telah berangkat menuju Kakao. Untuk beberapa waktu keadaan kompeni sangat sulit. Ini ditambah dengan Buton yang tidak dapat membantu kompeni karena di bawah Kerajaan Gowa. Oleh karena itu, kompeni mengirim utusan untuk mengadakan perjanjian. Hal ini diterima baik ileh Raja Gowa. Isinya yaitu bilamana orang Makassar masuk perairan kekuasaan kompeni maka dapat dianggap sebagai musuh, jadi dapat diserang tanpa memutuskan kontrak antara Gowa dan kompeni. Perdamaian ini sempat tercoreng dengan adanya perselisihan seperti, ketika kompeni merampok suatu angkutan kayu cendana yang telah dijual orang Makassar kepada Portugis.
Perang terbuka pecah pada tahun 1654 sanpai 1655. Pertempuran terjadi diantaranya di Pelabuhan Sombaopu, Buton dan Maluku terutama di Ambon. Orang Makassar yang berada di Asahudi mendapat bantuan dari Gowa dan Majira, seorang pemimpin Maluku. Pada bulan Maret, Majira menyerbu benteng Luku di Seram Kecil. Walaupun kompeni mengalami kemenangan namun kerugian yang diakibatkanperang sangat besar, sehingga Batavia mengirim utusan perdamaian. Pada tanggal 27 Februari 1656 tercetus perjanjian yang dianggap kompeni sangat menguntungka Gowa. Sehingga Belanda mengirim ultimatum kepada raja. Sehingga muncul perang lagi, yang mengakibatkan benteng Penakukang dikuasai oleh Belanda. Untuk  merebut benteng, raja mengadakan perjanjian yang sangat merugikan yang isinya, melepaskan Buton, Menado, dan Maluku; Portugis harus meninggalkan kerajaan; raja harus membayar kerugian perang. Keadaan semakin runcing, ketika Belanda memberi bantuan kepada musuh Gowa, yaitu Aru Palaka. Akhirnya perang tidak dapat dihindarkan, perang ini disebabkan karena kapal VOC De Leuwin terdampar di sekitar Gowa dan 16 meriamnya diambil.
Setelah mengadakan perlawanan yang maksimal terhadap kompeni pasukan Gowa terpaksa menyerah. Walaupun menyerah, mereka tetap tidak tinggal diam menunggu kedatangan kompeni di bawah Speelman. Mereka mendirikan benteng di sepanjang pantai kerajaan, dan memperkuat hubungan diplomatik dengan cara bersahabat dengan Banten. Dengan Bone, raja menjalankan politik lain, yaitu mencegah berhasilnya Aru Palaka membuat suatu pemberontakan rakyat Bone terhadap Gowa. Walaupun Belanda kuat, keadaan Belanda menyedihkan karena penyakit yang merajalela dan persenjataan yang menurun. Belanda dengan bantuan Bone dapat mengalahkan pos-pos kerajaan Gowa.
Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.

a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda.
Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.

EXSARA DAN KOLEKSI MUSIUM PATI AYAM KUDUS

ketua exsara dan divisi-divisinya










Mars KSG SAC

Selasa, 21 Juni 2011

Biru-biru menderu-deru dilatihanku menderu-deru
Biru-biru menderu-deru dilatihanku menderu-deru
buat apa susah hati
buat apa sedih hati
karena KSG tak pernah bersedih
paling dongkol dalam hati

Resum Buku KEBUDAYAAN INDIS

Bab I
Awal Kehadiran Orang Belanda

              Kedatangan bangsa barat membawa kebudayaannya sendiri.Sebelum VOC runtuh,pembangunan kota Batavia dilaksanakan dengan meniru kota-kota di negeri Belanda,dan diperkuat dengan perbentengan.J.P Coen yang hadir di Batavia pada tahun 1619,mendirikan kota Batavia yang diawali dengan membangun gudang penyimpanan barang dagang,yang kemudian di perkuat dengan perbentengan.Dan denyut jantung kota batavia berlangsung di dalam benteng.Para pejabat tinggi VOC membangun rumah peristirahatan dan taman yang luas yang di sebut LANDLUIS.Ciri landluis adalah bangunannya di huni oleh banyak anggota keluarga,yang terdiri dari keluarga inti dengan puluhan bahkan ratusan budak.
             Akibat desakan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan iklim ,alam lingkungan ,kekuasaan dan tuntutan hidup sesuai dengan daerah tropis orang belanda mendirikan rumah dan peralatan hidup sesuai dengan daerah tropis sehingga untuk kepentingan ini mereka pun mengambil unsur budaya setempat.Kebudayaan Indis sendiri adalah tujuan universal budaya yang merupakan campuran unsur budaya Belanda dan pribumi.Kebudayaan ini muncul dari sekelompok masyarakat penghuni kepulauan Indonesia,khususnya keluarga keturunan Eropa dan Pribumi.Aparat pemerintah belanda(Binenlandsbestuur) yang tersebar di pelosok tanah air pun membuat berkembang percampuran gaya hidup Belanda dan Jawa.Suburnya budaya Indis,pada awalnya didukung oleh kebiasaan hidup membujang para pejabat Belanda.Saat itu,ada larangan membawa istri dan mendatangkan perempuan Belanda ke Hindia Belanda.Sehingga terjadilah percampuran darah dan melahirkan anak campuran.Pada tahun 1870 Terusan Suez dibuka dan perempuan dari negeri Belanda makin banyak ke Indonesia .Kehadiran mereka pun memperluas budaya.
            Penggunaan istilah gaya indis dalam pembahasan ini dikhususkan pada kebudayaan dan gaya hidup masyarakat pendukungnya yang terbentuk semasa kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia,khususnya Jawa.Kata "INDIS" bagi bangsa indonesia pad waktu tertentu sangat hina ,biasanya digunakan untuk menyebut bangsa kelas rendah.Sebaliknya sebagai nama suatu gaya seni budaya,kata  "indis" justru dapat dijadikan pengingat yang menandai suatu babak zaman pengaruh budaya eropa di Indonesia yang hingga saat ini sangat mencolok dalam budaya indonesia.
Bab II
Masyarakat Pendukung Kebudayaan Indis
Sejak abad ke-18 sampai awal abad ke-20 muncul golongan masyarakat sosial baru sebagai pendukung kebudayaan campuran(Belanda-Jawa) di daerah penjajahan Hindia-Belanda.Ada 5 golongan masyarakat desa menurut Burger yaitu pamongpraja bangsa Belanda,pegawai Indonesia baru,pengusaha partekelir Eropa dan golongan akademisi Indonesia serta menengah Indonesia.Golongan terakhir justru kurang dianggap oleh keempat golongan di atas.Para bangsawan Jawa justru memperlakukan golonhan ke 5 sebagai wong cilik.
Golongan masyarakat kecuali wong cilik merupakan pendukung kuat kebudayaan Indis.Masyarakat kolonial di Hindia Belanda memiliki struktur yang bersifat semi feodal.Golongan intelektual pribumi atau keturunan,golongan pegawai pemerintah kolonial dan golongan bangsawan adalah kelompok utama pendukung kebudayaan Indis.Pemerintah kolonial ,yang memberi prioritas pada politik dan kepentingan modal ,beranggapan bahwa gaya hidup dan cara berfikir gaya indis adalah suatu yang tepat ,baik sadar maupun tidak.Anggapan tersebut menjadikan pemerintah kolonial lebih memperhatikan kesejahteraan rakyat jajahan dengan politik Etis-nya.
         Pada awalnya,yang menonjol adalah unsur yang bersifat subjektif,seperti solidaritas dan ras kesatuan dalam kelompok,rasa senasib,kehendak bersama baru gerakan itu berkembang sebagai gerakan sosial segolongan masyarakat kolonial untuk menciptakan kelas sosial tersendirui didukung oleh pejabat pemerintah kolonial khususnya oleh para priyayi baru dan golongan indo-Eropa.Unsur-unsur esensial yang menonjol dalam perkembangannya antara lain:penderitaan bersama sebagai golongan keturunan sebagai pejabat bawahan pemerintah kolonial ,sebagai golongan dalam tingkatan-tingkatan masyarakat jajahan yang merasa berbeda dengan rakyat kebanyakan di jawa dan sebagainya.Sedangkan faktor penentu perkembangan kebudayaan indis antara lain:adanya nasib dan penderitaan yang sama sebagaui rakyat jajahan,karena takdir dilahirkan dari campuran eropa dan Jwa,keinginan untuk dapat hidup lebih baik dari golongan masyarakat yang lain,karena pengabdian pada penguasa jajahan dan berentung karena mendapat pendidikan yang tinggi.
     Ada beberapa aspek pendukung kebudayaan Indis yaitu:
1.Aspek kognitif
Hl ini terkait dengan aktivitas dan meliputi berbagai objek,hal ini lebih sulit di artikan karena justru gaya indis berpangakl pada dua akar kebudayaan yaitu Belanda dan Jwa yang sangat berbeda.Untuk memahami perlu diketahui adanya pengertian fenomene kekuasaan kolonial dengan segala aspek dan proposinya.Misal rumah bagi orang Jawa adalah model alam mikrokosmos menurut konsep pikiran Jawa dan sebagainya,tidak ada pada alam pikiran Eropa.
2.Aspek Normatif
Aspek ini menunjukan keadaan yang dianggap sebagai hal yang berharga,yang menjadi tuntunan dan tujuan untuk memperoleh hidup yang lebih baik di bawah kekuasaan pemerintah kolonial.Contohnya rumah masih bergaya jawa,seseorang priyayi pejabat kolonial akan sangat sulit merundingkan sesuatu yang bersifat rahasia secara empat mata di ruang pendapa,sedangkan tamu-tamu lainnya ikut hadir mengelilinginya.
3.Aspek afektif
aspek ini yaitu tindakan kelompok yang menunjukan situasi.Aspek ini dikaitkan dengan aspek kehidupan berumah tangga terutama komposisi sebuah keluarga yang tinggal dalam sebuah rumah.
4.Komposisi sosial
ongang keturunan campuran sadar bahwa kebudayaan Belanda perlu tetap di unggulkan karena memang ingin menjaga martabat sebagai bangsa penguasa.Sementara itu,terjadi penyesuaian dengan iklim dan budaya Pribumi setempat yang akhirnya menumbuhkan budaya perpaduan yang di sebut indis.Pemahaman budaya Belanda tidak saja diterima dari anak keturunan orang belanda yang sudah tinggal lama di Jawa tetapi juga didapat langsung dari negeri Belanda.Kebudayaan indis memiliki ciri gaya hidup sebagai golongan masyarakat ,yaitu memiliki kompleksitas simbol yang menunjukan karakteristik priyayi.

tentang dia yang sulit ku pahami

Senin, 13 Juni 2011

aku berkelana dalam asmara yang terasa indah,menatapnya begitu membuat dunia sekan  surga sdi langit ke 7.Aku tak paham bbetul mengapa cinta terpat paddanya yang pasti aku terkesan sejak jumpa,dia yang membuat pagiku tak  kantuk,dia yang membuang keletihanku.Tentang dia membuat jantungku berdetak lbih kencang,membuat mataku tak berkeliaran yang pasti  semua itu sekarang berakhir tanggal 12 juni jam 10malam...dia membuatku mnyerah karena serangan dia yang jujur membuatku sakit ati tiada,aku merasa jatuh di dasar palung samudra lalu diheempaskan di udara dan di jaatuhkan di duri kaktus padang pasir.ANDAI kau tau betapa senyumku tiap hari menggandung angis yang tak pernah aku  luapkaan,Hai hati...setidaknya kau berani tatap aku...